Prof. Dr. Cornelis Lay, MA atau pribadi yang akrab disapa “Mas Conny”, mewariskan begitu banyak kenangan indah dan pengajaran bagi teman-teman, kolega, keluarga, dan khususnya Departemen Politik dan Pemerintahan. Dalam acara “Mengenang Mas Conny: Intelektual Jalan Ketiga” bersama Pratikno, Jaleswari Pramodhawardani, dan Ganjar Pranowo yang dimoderatori oleh Abdul Gaffar Karim para pemantik diskusi hingga partisipan berkesempatan membagikan kenangan bersama Mas Conny versi mereka masing-masing.
Bagi koleganya, Mas Conny adalah seorang pemimpin yang egaliter, sabar, dan dikenal sebagai pribadi yang amat menghindari melukai perasaan orang lain sehingga tutur kata maupun tindakannya senantiasa halus. Bagi teman-temannya, Mas Conny dikenal sebagai pribadi yang senantiasa memiliki candaan yang seringkali mencairkan suasana bahkan membuat suasana semakin menyala dengan ciri khas candaannya yang “garing”. Para mahasiswanya pun mengenang Mas Conny sebagai sosok guru yang selalu menjadi panutan dan memberikan pesan-pesan moral dalam setiap pertemuan perkuliahan. Kesan yang ditinggalkan Mas Conny di mata orang-orang disekelilingnya tersebut kurang lebih dirangkum dalam lima kata ini: intelektual, partner, guru, keluarga, dan sahabat.
Buku “Intelektual Jalan Ketiga” merupakan buku yang dipersembahkan oleh kolega dan sahabat Mas Conny untuk ulang tahunnya yang ke- 60. Dalam buku tersebut, masa kecil Mas Conny diceritakan sebagai mas kecil anak pasar yang harus hidup berdampingan dengan kemiskinan dan kelaparan. Namun, semangat Mas Conny muda tidak pernah padam hingga berjuang dengan kemampuan finansial yang terbatas untuk dapat menimba ilmu di Ilmu Pemerintahan (kini Departemen Politik dan Pemerintahan), Universitas Gadjah Mada. Perjalanan tersebut menghantarkan Mas Conny menjadi pribadi yang selalu berpesan bahwa ilmu yang kita pelajari harus memiliki makna bagi kemanusiaan, kebangsaan, dan kemajuan Indonesia. Pemikiran Mas Conny sebagai seorang intelektual bersifat multidimensional, multisektor dan multidisiplin dimana pemikirannya membentang mulai dari sektor keamanan, demokrasi, hingga kebhinekaan. Dalam jejak langkah pembangunan demokrasi di Indonesia pun Mas Conny berhasil menempatkan rakyat sebagai pelaku utama demokrasi dan menemukan titik keseimbangan antara konsep demokrasi dan konsep kebhinekaan Indonesia. (FI)