Jakarta, 26 September 2023
Tahun elektoral semakin mendekat. Kelompok pemuda (milenial) menjadi sasaran strategis melihat potensinya yang sangat besar hingga mencapai 56,45% atau sekitar 113 juta pemilih. Salah satu kelompok pemilih muda adalah mahasiswa. Opini dan preferensi mahasiswa menjadi sentral karena tingkat literasi dan perhatian mereka pada isu-isu publik dan dinamika politik bisa berimplikasi pada sikap politik kelompok pemilih lain. Sehingga memahami preferensi politik kelompok mahasiswa dalam pemilu dan isu publik merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Survei ini merupakan upaya dalam memetakan opini dan preferensi politik tersebut. Survei dilakukan selama dua minggu, dari 24 Juli 2023 hingga 7 Agustus 2023 terhadap 719 mahasiswa yang tersebar di lebih dari 30 perguruan tinggi dari berbagai provinsi di Indonesia. Upaya menjangkau mahasiswa melibatkan dosen dan peneliti yang mengajar di universitas tersebut yang juga merupakan jaringan akademisi dan peneliti Research Centre “PolGov”. Pengambilan sampel (responden) di dalam survei ini menggunakan metode chain-referral sampling atau juga jamak dikenal snowball sampling dengan dapat merekrut mahasiswa lain sebagai responden survei. Mode pengumpulan data adalah self-enumeration atau sering juga disebut self-administered survey dimana mahasiswa melakukan pengisian survei di dalam platform Qualtrics secara mandiri melalui gawai masing-masing. Singkatnya, metode sampling dalam survei ini adalah non-probabilistic sehingga responden dalam survei ini tidak mewakili populasi mahasiswa di Indonesia, yang merupakan limitasi di dalam survei ini. Jumlah responden dan sebarannya dari berbagai daerah dimaksudkan untuk menggambarkan opini dan preferensi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi dan beragam latar belakang.
Garis besar temuan survei ini adalah sebagaimana berikut:
Pertama, hampir separuh dari responden mahasiswa dalam survei ini menyatakan bahwa ketersediaan lapangan kerja (47,30%) adalah isu yang dianggap paling mendesak diperhatikan oleh calon presiden ke depan, meskipun penegakan hukum (20,66%) dan biaya pendidikan (13.71%) juga adalah hal yang dianggap mendesak untuk diperhatikan.
Kedua, terkait dengan evaluasi lembaga dengan skor penilaian 0-100, di antara lembaga-lembaga yudikatif yang independen dari cabang kekuasaan eksekutif, MA mendapatkan tingkat kepercayaan paling tinggi (60.34) sementara KPK (52.72) mendapatkan skor terendah. Sementara itu, di antara lembaga-lembaga cabang eksekutif, TNI mendapatkan tingkat kepercayaan tertinggi sementara POLRI (44,18) terendah. Di antara lembaga-lembaga intermediari, cabang penyelenggara pemilu yang meliputi KPU, BAWASLU, dan DKPP mendapatkan tingkat kepercayaan yang hampir sama sekitar 56, sedangkan DPR (40.61) adalah yang terendah.
Ketiga, terkait dengan pilihan politik partai, lebih dari separuh responden mahasiswa (56.85%) masih belum memutuskan atau merasahasiakan pilihan partainya, meskipun Gerindra (11.07%), PDIP (8.63%), Golkar (4.69%), dan Nasdem (4.32%) menjadi partai dengan pilihan terbanyak di atas 4%.
Keempat, terkait dengan pilihan politik figur Bacapres, pemilih teridentifikasi terbanyak menyatakan pilihannya pada Prabowo Subianto (17.92%), lalu Ganjar Pranowo (13.96%), dan
terakhir Anies Baswedan (10.38%), sementara 53% responden mahasiswa tidak teridentifikasi pilihan politiknya. Analisis lebih lanjut berdasarkan pengukuran kedekatan dencan figur Bacapres, tingkat keterpilihan Prabowo (30.19%) dan Ganjar (30.00%) sangat kompetitif, sementara Anies (18.30%) cukup tertinggal.
Sebagai akhiran, rilis ini diharapkan mampu mendorong para kandidat capres dan elit partai untuk mempertimbangkan preferensi dan isu yang menjadi perhatian mahasiswa di dalam platform dan agenda politiknya.