[Yogyakarta, 26 Oktober 2023] — Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas
Gadjah Mada berhasil menghelat the 6th Conference on Human Rights, pada tanggal
24-26 Oktober 2023, di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada.
Dengan mengusung tema “Indigeneity and Human Rights in Asia and the PAcific
Towards a Just Society: Challenges and Opportunities”, konferensi ini dihelat dengan
tujuan untuk menjadi platform dialog dan bertukar pikiran tentang isu-isu hak asasi
manusia dalam konteks global, menyatukan 152 peserta dengan berbagai latar
belakang dan sektor, mulai dari aktivis, akademisi, praktisi, hingga pembuat kebijakan,
yang berasal dari Indonesia, Filipina, India, Australia, Thailand, Brunei Darussalam,
Jerman, Denmark, Kamboja, Hongkong, Republik Ceko, dan lain-lain.
Pada tanggal 24 Oktober, Konferensi ini dibuka dengan kegiatan Academic Writing
Workshop yang diorganisir oleh BSK Kemenkumham, yang diikuti oleh 15 peserta
peraih penghargaan best paper. Dengan menghadirkan 3 narasumber, yaitu Dr.
Elizabeth Rhoads, Dr. Grace Cheng, dan Dr. al-Khanif, diharapkan mampu membantu
ke-15 peserta untuk menghasilkan karya tulis yang lebih baik. Kemudian, kegiatan
dilanjutkan dengan Welcoming Dinner, yang terbuka untuk seluruh pihak yang terlibat
dalam konferensi ini, baik itu peserta, panitia, partner, sponsor, dan-lain-lain.
Sesi Panel yang Dinamis
Secara umum, 6th Conference on Human Rights terbagi menjadi dua sesi, yakni sesi
panel dan sesi plenary. Sebanyak 152 peserta dibagi ke dalam 45 panel daring dan
luring dengan berbagai topik seperti indigenitas, diskriminasi, demokrasi, hak-hak
perempuan, hak-hak pendidikan, hak-hak masyarakat adat, otoritarianisme dan
kebijakan negara mengenai hak asasi manusia, perubahan iklim, teknologi, kebebasan
beragama, dan lain-lain. Sesi panel tidak hanya menjadi ajang peserta untuk
mempresentasikan materinya, tetapi juga menjadi sebuah platform yang memantik
diskusi antara audiens, yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan thought-provoking
kepada para presenter, tak hanya tentang materi presentasi, tetapi juga tentang isu
global terkini yang sedang menjadi topik pembicaraan. Sebagaimana yang terjadi
dalam panel Religion and Human Rights yang juga disiarkan langsung di kanal youtube
DPP, terpantik diskusi mengenai isu Ahmadiyah yang terjadi di Indonesia, dan juga
pendekatan top-down atau bottom-up kah yang lebih efektif dalam merumuskan
kebijakan untuk isu perpecahan agama dalam sebuah negara.
Plenary Keynotes Pembuka Wawasan
Ada 4 sesi plenary yang terbagi dalam dua hari. Konferensi dibuka dengan sesi plenary
dari Anis Hidayah (Komisioner KOMNAS HAM), dengan keynote berjudul “Eradicating
of Human Trafficking based on Human Rights Approach in ASEAN”. Sesi plenary kedua
disampaikan oleh Prof. Sonja Van Wichelen (University of Sydney) yang memberikan
insight menarik tentang Global Bioethics In the Pursuit of Open Science. Sesi
dilanjutkan dengan peluncuran buku Michele Ford, yang berjudul “Buruh dan
Intelektual: LSM, Mahasiswa, dan Gerakan Buruh Indonesia”, menambah dimensi
tersendiri dalam kegiatan ini. Di hari kedua, konferensi dibuka dengan sesi plenary dari
Westminster Foundation for Democracy, yang mengambil tema “The Environment &
Human Right Nexus- Where Is ASEAN Going?”. Sesi ini menampilkan 4 orang
narasumber, yakni Rafael Jimenez Aybar, Dr. David Boyd, Deputy Adriana Bustamante,
dan Dr Herlambang Wiratraman. Di akhir hari, sesi plenary ditutup oleh keynote yang
disampaikan oleh Prof. Eddy Hiariej, Wakil Menteri Hukum dan HAM, ia menyampaikan
tentang bagaimana peran Kementrian Hukum dan HAM dalam upaya mewujudkan
masyarakat yang adil. Konferensi ini ditutup oleh pidato dari Wamenkumham dan juga
Fiona Hoggart, Konsul Jenderal Australia di Surabaya, dan juga seremoni penyerahan
sertifikat.
Konferensi Paling Berkesan Bagi Peserta
6th Conference on Human Rights tahun ini meninggalkan kesan yang sangat baik bagi
para peserta, sebagaimana yang dikatakan oleh Jim Esperanza (University of
Philliphines), “Sangat menyenangkan bisa berdiskusi dan berjejaring dengan para
praktisi tak hanya dari Asia Tenggara, tapi juga dunia. Selain itu, makanan dan kopi
yang disajikan juga sangat enak. Kudos untuk panitia yang telah menyelenggarakan
konferensi ini dengan sangat baik”, sentimen yang sama juga diungkapkan oleh Aaron
Fiernes, “Saya telah menunggu-nunggu untuk hadir dalam konferensi ini. Ini merupakan
pengalaman konferensi yang sangat berkesan, karena saya mendapat banyak insight
bagaimana posisi asia Tenggara dalam diskursus HAM skala global.” Kesan positif juga
disampaikan oleh Jasper Kulvmann, (Visiting fellow di CHRM2 Universitas Jember),
yang berefleksi, “Kampus UGM sangat bagus, sangat cocok untuk menggelar
konferensi. Saya merasa sangat nyaman mengikuti kegiatan konferensi ini. Saya harap,
konferensi ini dapat memantik api diskusi tentang HAM di luar bubble akademis.”
Ucapan Terima Kasih
Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada mengucapkan terima
kasih kepada mitra dan pihak yang telah memberikan dukungan tak terhingga bagi
suksesnya acara ini, kepada Sydney Southeast Asia Centre di University of Sydney,
Centre of Human Rights, Multiculturalism, and Migration di University of Jember,
Konsulat-Jenderal Australia di Surabaya, Badan Strategi Kebijakan Hukum dan Hak
Asasi Manusia di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
Westminster Foundation for Democracy, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada.
Keberhasilan acara ini juga tidak terlepas dari kolaborasi yang erat dengan Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM), Indonesian Scholar Network on
Freedom of Religion or Belief (ISFoRB), dan the Center for Religious and Cross-Cultural
Studies (CRCS) di UGM. Penghargaan setinggi-tingginya juga disampaikan kepada
para peserta, pembicara, dan relawan yang telah memberikan dedikasi dan komitmen
luar biasa, menjadi pilar utama dalam menciptakan acara yang dinamis dan berdampak
penuh dalam advokasi Hak Asasi Manusia di skala global.