[DISKUSI MAHASISWA] Polemik Pembangunan Toko Modern dan Mall di Kabupaten Bantul

“Ini bukan masalah antara modern dan tradisional, melainkan ini masalah lokal dan kapitalis,” kata Fitri selaku moderator dalam diskusi hari Kamis tgl 16 November 2016 di Ruang Seminar Timur Fisipol UGM. Mahasiswa pasca sarjana DPP mengadakan talkshow mengenai “Pembangunan Toko Modern dan Mall di Bantul.” Pembicara dalam talkshow tersebut adalah Lilik Rahardjo (Pemerhati Kajian Pembangunan di Bantul), Anang Kurniawan Hanudji (Sekjen Asosiasi Toko Modern Bantul), dan Yahya (Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Indonesia cabang Bantul).

Pemerintah Kabupaten Bantul mendorong investor untuk menanamkan modal di Bantul, sehingga pendapatan pemerintah meningkat. Banyak peraturan dibuat untuk memfasilitasi proses investasi yang berupa pembangunan toko modern dan mall. Tetapi kebijakan tersebut menuai kritik dari masyarakat karena mematikan perekonomian mereka serta mengubah karakter masyarakat menjadi konsumtif. Menurut Yahya, banyak toko-toko kecil yang menjadi sepi setelah adanya toko modern di Bantul. Untuk menjembatani potensi konflik yang ada, Asosiasi Toko Modern Bantul melakukan pelatihan bagi masyarakat supaya dapat bersaing dengan toko modern. Masyarakat, khususnya pemilik toko sebaiknya memiliki strategi untuk dapat bersaing dengan toko modern.

Pembangunan toko modern dan mall di Bantul tidak lepas dari tarik ulur kepentingan berbagai pihak. Masyarakat harus bersatu dan bekerja sama untuk mengembalikkan kekuatan perekonomian lokal dan menangkal pengaruh investor melalui toko modernnya. Kasus pembangunan di Bantul tersebut menggambarkan bagaimana perekonomian lokal merespon penetrasi kapitalisme global.

Credit Foto by Tim Media DPP.

#KegiatanMahasiswa
#DPPUGM
#DiskusiDPP